Tuesday, February 8, 2011

Krisis Mesir Pengaruhi Harga Minyak Februari

TEMPO Interaktif, Jakarta -Tim harga minyak Indonesia memperkirakan pada bulan Februari ini harga minyak mentah akan terus mengalami peningkatan seiring dengan gejolak di Mesir yang belum reda.

"Faktor geo-politik di wilayah Mesir dikhawatirkan akan mempengaruhi perkembangan politik di Timur Tengah sehingga mengganggu suplai minyak mentah di kawasan tersebut, hal ini diperkirakan dapat memperkuat harga minyak mentah dalam bulan Februari 2011," ujar Tim Harga Minyak sebagaimana tertuang dalam keterangan tertulisnya, Senin (07/02).

Hal lain yang diperkirakan dapat memperkuat harga minyak mentah di pasar internasional adalah ekonomi dunia yang terus tumbuh pada tahun 2011 pada kisaran 3,6-3,8 persen. "Ini ditopang oleh penerapan stimulus perekonomian di beberapa negara dan pertumbuhan ekonomi tinggi negara Non-OECD (maju)," katanya. 

Selain faktor yang memperkuat, Tim harga minyak juga memperkirakan akan beberapa hal yang bisa menjadi faktor perlemahan harga minyak dunia, antara lain adalah kebijakan pemerintah China yang diperkirakan akan memperlambat laju pertumbuhan ekonominya yang cepat dengan menaikkan tingkat suku bunga di awal Februari ini, serta rencana Arab Saudi yang akan meningkatkan produksi minyak guna memenuhi permintaan minyak dunia.

Seperti diketahui, harga minyak dunia saat ini telah menembus hingga US$ 100 dolar per barel. Sementara, rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada bulan Januari juga telah menyentuh angka US$ 97,09 per barel berdasarkan hasil perhitungan Formula Indonesia Crude Price (ICP). Harga tersebut naik sebesar US$ 5,72 per barel jika dibandingkan dengan ICP pada bulan Desember sebesar US$ 91,37 per barel.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas, Evita Herawati Legowo, telah menjelaskan bahwa mengenai kenaikan harga minyak , pemerintah sementara ini mengambil sikap untuk terus menunggu perkembangannya hingga bulan April mendatang.""Kita tunggu sampai April, karena cuaca masih jelek begitu juga dengan situasi Mesir saat ini," kata Evita.

Krisis Mesir Jadi Peringatan Bagi SBY

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Sentra Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), Ade Komarudin, mengatakan krisis politik di Mesir menjadi peringatan bagi pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jika pemerintah tidak mampu mengatasi gejolak kenaikan harga pangan dan mengendalikan harga Bahan Bakar Minyak, maka tidak mustahil aksi masa seperti di Mesir bisa saja terjadi.

"Kalau persoalan krisis pangan termasuk gejolak kenaikan harga pangan dan BBM tak bisa diatasi pemerintahan SBY, maka bisa saja aksi masa seperti di Mesir terjadi," kata Ade Komarudin dalam diskusi di Jakarta, Selasa (8/2). Diskusi bertema "Dampak Situasi dan Kondisi Krisis Kepemimpinan Politik di Timur Tengah terhadap Situasi Politik di Indonesia" tersebut diselenggarakan SOKSI dan menghadirkan pembicara pendiri SOKSI Suhardiman, Ardi Susilo dan Bomer Pasaribu.

Ade menjelaskan salah satu penyebab terjadinya aksi massa dan krisis politik di Mesir karena dipicu oleh harga pangan yang melonjak tajam. Krisis pangan di Mesir menjadi pemicu munculnya aksi massa tersebut.

Karena itu, Ade menegaskan bahwa pemerintah tidak boleh main-main dalam menangani masalah pangan dan BBM. Jika berkepanjangan, krisis politik di Timur Tengah jelas akan mempengaruhi kenaikan harga BBM. Sementara, anomali cuaca saat ini bisa jadi akan berdampak melonjaknya harga pangan.

"Tapi, saya tak menghendaki hal ini (aksi massa) terjadi karena ongkosnya terlalu tinggi. Pertanyaannya apakah pemerintah bisa mengatasi kedua hal ini," kata Ade.

Menurut Ade, apa yang disampaikannya ini merupakan bentuk kecintaan dan rasa sayangnya kepada pemerintah. Selain itu, tambah Ade, hal ini dia lontarkan sebagai peringatan kepada pemerintah untuk serius menangani masalah pangan dan BBM.

Obama Lihat Kemajuan Positif Penyelesaian Krisis Mesir

Metrotvnews.com, Washington DC: Menanggapi situasi di Mesir saat ini, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama menilai telah ada kemajuan yang berarti dalam upaya menyelesaikan krisis politik yang saat ini tengah merundung Mesir.

Namun Presiden Obama tidak secara mendetail menjelaskan kemajuan apa yang ia maksudkan. Pernyataan singkat Obama ini dikemukakannya di Gedung Putih, Washington DC, usai bertemu dengan Kamar Dagang Amerika Serikat.

Perdana Menteri Mesir, Umar Sulaiman untuk pertama kalinya, bertemu dengan sejumlah pemimpin kelompok oposisi, termasuk diantaranya kelompok persaudaraan muslim, yang selama ini di cap sebagai kelompok terlarang oleh pemerintah Mesir.

Pemerintah Amerika Serikat, menanggapi positif pertemuan tersebut. Namun, dukungan Amerika tersebut, sangat mengecewakan bagi rakyat Mesir, yang menginginkan pergantian puncuk pimpinan dari Presiden Hosni Mubarak, saat ini juga